SOLIDARITAS UNTUK KOMBATAN MAKASSAR DAN KOMBATAN SOSIAL LAIN


Sebuah solidaritas horisontal antar individu merdeka sudah seharusnya tidak sekedar diletakkan pada kerangka norma yang moralis. Belenggu sejenis itu jelas merupakan penghalang untuk dapat melihat lebih jauh apa yang mungkin di tengah ketidakmungkinan hidup yang semakin membosankan. Solidaritas terhadap perjuangan melawan tambang yang dilakukan oleh warga Bima terhadap PT Sumber Mineral Nusantara juga tidak mesti dilakukan seperti tradisi selebritis ala LSM, organisasi Kiri ataupun gerombolan moralis lain. Itu mengapa kami tidak beroposisi terhadap sikap yang telah diambil oleh para kombatan sosial di Makassar yang dengan segera merespon serangan di Bima dengan sebuah tindakan: serangan balik.

Namun seperti juga kekalahan di masa lalu telah mengajarkan kita, bahwa musuh tidak pernah tinggal diam dan selalu akan berusaha memojokkan setiap usaha yang mencoba menggulingkannya. Ini terbukti dengan aksi represif yang selalu terjadi terhadap upaya perebutan otonomi hidup. Dan setelah apa yang terjadi di pelabuhan Sape, mereka kembali melakukan hal yang sama terhadap para kamerad di Makassar. Para individu yang melukiskan kemarahan mereka atas apa yang terjadi di Bima lewat aksi pengrusakan properti kapital yang tentu saja tidak sebanding dengan jumlah petani yang tewas dan luka karena aksi represif militer atas perintah negara dalam perselingkuhannya dengan modal.

Aksi yang patut mendapatkan respek mendalam dari setiap mereka yang tengah berjuang meruntuhkan negara dan kapital, telah menyeret seorang kawan bernama Hidayat ke balik jeruji besi. Dengan tuduhan pengrusakan properti, negara melalui hukum telah menunjukkan pembelaannya yang kuat terhadap kepentingan korporasi. Hidayat alias Yaya kini diserang dan dilecehkan sebagai seorang kriminal, pelanggar hukum karena menggugat penindasan oleh negara dan kapital.

Sementara di sisi lain, sikap acuh dan moralis kembali ditunjukkan oleh para aktifis kerah putih yang menolak secara nyata mengambil sikap berpihak dan memilih menggunakan topeng netralitas. Sebuah pelarian menyedihkan untuk menutupi bahwa mereka juga berwatak sama dengan penguasa: otoriter! Para advokat yang mengaku mendedikasikan dirinya untuk perjuangan melawan kapital telah membuka borok bahwa mereka tidak lebih dari sekumpulan penakut yang enggan melangkah lebih jauh dalam perang melawan penindasan.

Ini mengapa kami menulis surat ini. Sebuah dukungan terbuka bagi Hidayat dan siapapun yang juga mengalami represi serupa di manapun. Sekaligus menyuarakan solidaritas horisontal kepada setiap orang yang berani mendongakkan kepala menantang dunia yang sedang sakit ini. Kami memanggil setiap pejuang sosial dari semua sudut gelap untuk memberikan tekanan dalam berbagai bentuk kepada institusi penindas yang tengah membelenggu kamerad Hidayat.

Mesti tegaskan kepada mereka, bahwa kita tidak lupa bahwa Tukijo telah dipenjara karena agenda kapital. Petani sederhana dari Kulon Progo itu sudah menjadi korban. Dua orang bandit politis Jogja kini juga tengah menghadapi persidangan atas aksi mereka menyerang fasilitas modal. Para petani yang tewas di Mesuji jelas merupakan korban dari keganasan modal yang ditemani negara dengan alat represinya bernama militer. Mereka yang ditangkap karena aksi pendudukan di pelabuhan Sape, Bima adalah deret berikut dari banyaknya korban akibat agenda kekuasaan yang tidak akan pernah bisa netral. Para insurgen Bima telah diserang hanya karena berani mempertahankan hidup.

Kita tidak bisa lagi berpura pura bahwa tidak ada gelembung insureksi dan kebangkitan melawan kapital dan negara. Karena hari ini, siapapun dapat menjadi korban. Jika sekarang mereka, maka mungkin kau yang menjadi korban berikut.

Dan sudah selayaknya setiap penjara terbakar rata dengan tanah untuk sebuah kehidupan yang sesungguhnya.

Panjang umur aksi langsung!
Panjang umur solidaritas!
Panjang umur anarki!

Sumber: NEGASI
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...